Harga Bahan Baku Naik Signifikan, Perajin Kuningan dan Tembaga di Tumang Semakin Sedih

Perajin kuningan dan tembaga di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kabupaten Boyolali benar-benar harus banyak bersabar, pasalnya dampak bencana pandemi COVID-19 masih belum reda. Sebagaimana diketahui bahwa selama pandemi COVID-19 penjualan kerajinan tembaga dan kerajinan kuningan turun drastis bahkan pada awal pandemi berbulan-bulan tidak mendapatkan pemasukan alias tidak ada penjualan. AA Gallery termasuk salah satu perajin tembaga kuningan yang ikut terkena dampak COVID-19.


Beberapa perajin terpaksa harus mengeluarkan biaya operasional yang cukup tinggi sedangkan penjualan tidak ada. Biaya operasional tersebut digunakan untuk membuat produk sebagai stock bukan sebagai pesanan. Ini adalah salah satu solusi agar para karyawan tetap mendapatkan penghasilan, jika tetap mengandalkan pesanan (tidak membuat produk sebagai stock) tentu saja kasihan para karyawan karena perusahaan home industri tersebut berbulan-bulan tidak mendapatkan pesanan. Namun, bagi sebagian perajin yang memiliki sumber dana terbatas, mau tidak mau dengan terpaksa merumahkan sementara sebagian para karyawannya demi mengurangi pengeluaran agar perusahaan tetap bisa bertahan (survive). Jika kondisi sudah membaik mereka akan diperkerjakan lagi.

Berkurangnya pesanan kerajinan tembaga dan kuningan ini dimungkinkan karena turunnya daya beli masyarakat, dan masyarakat tentu lebih memprioritaskan belanja untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari (convenience goods) daripada kerajinan tembaga/kuningan yang merupakan kebutuhan shopping goods bahkan specialty goods. Segala upaya lainnya sudah dilakukan oleh para perajin kuningan dan perajin tembaga, di antaranya harga kerajinan kuningan/tembaga sudah didiskon bahkan ada yang didiskon hingga 40%, namun tetap saja masih sulit untuk mendapatkan konsumen, sedangkan biaya periklanan dan operasional lainnya semakin naik.

Kini Perajin Kuningan dan Tembaga di Tumang harus lebih bersabar lagi meskipun dalam kondisi sedih, bagaimana tidak ? Pasalnya dampak bencana pandemi COVID-19 masih belum reda kini harus bertambah sedih karena kenaikan bahan baku kerajinan tembaga. Di saat penjualan sedang sepi bahkan tidak ada, harga bahan baku yaitu lempengan tembaga naik berlipat-lipat antara 40% sd 55%. Sebagaimana diberitakan di TribunSolo.com bahwa bahan baku berupa lembaran tembaga dari harga Rp 1,8 juta per lembar, kini akibat pandemi COVID-19 naik menjadi Rp 2,8 juta perlembarnya, itu artinya bahan baku mengalami kenaikan sebesar 55%. Ironisnya, penjualan kerajinan dengan harga yang sudah diturunkan (didiskon) dari harga normal tetap saja sulit terjual.

Semoga saja pandemi COVID-19 ini segera berakhir dan kondisi seperti ini segera membaik seperti sediakala sehingga seni kerajinan tembaga dan kuningan ini tetap bisa lestari di tengah upaya bersaing dengan produk-produk modern dari luar negeri yang terkira jumlahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *